Sabtu, 11 Juli 2015

Renungan Siang



Disilah saya pada suatu siang yang membosankan.
Dalam suasana hati yang tidak baik-gelisah dan mood yang buruk. Bosan setengah mati. Celakanya tidak ada hal menarik yang dapat dilakukan untuk paling tidak membunuh waktu ini secara perlahan. Sungguh celaka! Mungkin kalian berpikir untuk menyuruh saya tidur saja? Hal ini sudah kulakukan dari jam 7 hingga jam set 10 pagi ini
 
Banyak orang berpendapat media sosial adalah cara yang ampuh untuk melewatkan waktu-waktu yang membosankan. Well, biasanya saya selalu begitu. Mengecek post dan update terbaru di Path – siapa sedang apa, mereka sedang dimana, makanan apa yang mereka makan, apa music yang saat ini mereka dengarkan, tempat nongkrong mana yang sedang hits. Membuka Instagram-melihat foto-foto dengan panorama indah, atau artis-artis dengan kecantikan mereka, oh tidak lupa berbagai produk yang di jual secara  online. Sekedar mengecek WA atau LINE, apakah ada cerita lucu di grup, ada balasan chat dari seseorang. Atau membaca artikel-artikel menarik melalui Google. Okeee semua itu sudah saya lakukan sedari tadi…….dan saya mulai muak membuka Path, lalu pindah ke IG, pindah ke LINE atau WA, atau membuka google dan tidak menemukan apapun. Oke saya menyerah dengan media sosial

Game? Sayangnya saya bukan orang yang suka nge-game, saya tidak pandai memainkannya, dan sering kali gagal, bahkan di level-level awal permainan..dalam permainan apapun hahahaha
Membaca buku? Emm ya saya biasanya melakukan ini di banyak kesempatan, bahkan curi-curi waktu di tengah padatnya kerjaan di kantor. Tapi giliran saya punya banyak waktu senggang seperti ini, tidak ada buku bagus yang siap untuk dilahap. Oh baiklah.

Saya beralih ke laptop, melihat apa yang ada disana, sesuatu yang menarik untuk dilakukan. Saya menyalakannnya, tapi kemudian hanya memandangnya lumayan lama tanpa tahu aplikasi apa yang sebaiknya saya buka

Beberapa tulisan yang saya buat masih belum rampung-hanya menjadi draft yang belum juga di post-kan. Saya berniat menyelesaikannnya, tapi akhirnya saya malah membuka suatu lembar Word baru-yang masih putih bersih. Lalu saya mulai menuliskan ini, menuliskan apa yang terjadi dan yang saya rasakan saat ini. Kebosanan, kejenuhan, dan kegelisahan ini.

Sebenenarnya siang-siang membosankan yang terjadi seperti hari ini, juga acap kali terjadi di hari-hari sebelumnya. Dan frekwensinya sedikit lebihbanyak terjadi akhir-akhir ini. Ah, mengapa ini terjadi? Semangat saya melemah akhir-akhir ini. Saya hanya menjalani hari, tanpa ada makna berarti.  Masuk jam 7.30 di hari kerja, duduk di kursi yang sama di depan komputer kantor, danberharap jam di dinding menunjukkan jam 17.00 segera. Di akhir minggu, saya pergi kerumah ibu dan bersantai disana. Errr saya cinta pekerjaan saya, juga suasana rumah ibu, sungguh. Tapi entahlah perasaan ‘ada yang kurang’ seperti saat ini masih suka mampir di hari-hari panjang tanpa tahu apa yang harus dilakukan.

Mengapa demikian? Perlu waktu yang lumayan lama, dan sedikit memaksa hati dan otak saya untuk berperan serta menjawab satu pertanyaan sederhana, dengan jawaban yang tidak pernah sederhana.
Maka saya sampai pada sebuah hipotesis- bukan kesimpulan, yang sebenarnya saya yakini kebenarannnya. Jadi mengapa? Jawabannya adalah karena saya tidak pernah bermimpi akhir-akhir ini, saya terlalu takut bermimpi akhir-akhir ini, dan saya TIDAK PUNYA MIMPI-tidak punya tujuan ambisius yang ingin saya wujudkan.
Saat saya bertanya pada diri sendiri:
Apa yang saat ini saya inginkan? Jawabannya tidak ada….
Jadi apa yang saat ini ingin saya lakukan? Ahh give me a second….emmm tidak tahu
Jadi kamu hanya akan menjalani ini begitu saja? Ah entahlah….

Tapi tunggu, sebenarnya di bagian diri saya, dibagian yang lebih kecil. Saya punya banyak mimpi-mimpi ambisius yang sangat ingin saya wujudkan. Hanya saja saya terlampau pengecut untuk mengharapkannya jadi nyata. Punya mimpi tapi tidak berani mengambil langkah nyata mewujudkannya. Saya aneh ya?
Begini contohnya, Saya menyukai seseorang belakangan ini (kalau saja 2 tahun bisa disebut sebagai “belakangan ini”).  Saya sangat menginginkannya, bisa jadi sebagai seseorang yang menemani saya untuk tahun-tahun selanjutnya. Ah sayamemimpikannya…..lalu kemudian pikiran lain yang asalnya juga dari diri saya berkata begini: “Ver, sadarlaah…ini sudah tahun kedua kau memimpikannya dan tidak juga menjadi nyata, sudah lupakanlah dia! Kamu tidak pantas untuknya!” lalu saya mulai membuang mimpi itu…….dan begitulah yang terjadi pada mimpi-mimpi  yang lain. Menjadi terang, lalu saya meredupkannya sendiri.
Sesuatu yang paling kitacintai, sesuatu yang paling kita inginkan apabila tidak menjadi nyata akan membawa kita kepada kekecewaan. Saya pengecut pada kekecewaan. Sehingga saya banyak melupakan mimpi-mimpi dan tujuan yang selama ini muncul di kepala saya. Saya menulisnya di sebuah kertas, lalu sedetik kemudian saya meremas kertas itu dan melemparnya keujung ruangan. Barangkali itulah yang banyak terjadi pada mimpi saya.

Well, saya mengakhiri tulisan kali ini dengan membuka lembar baru  Word. Lembar baru yang putih bersih, dan saya siap menuliskan mimpi-mimpi itu disana. Saya (semoga) siap untuk mewwujudkannya. Saya berharap lembar itu tidak hanya menjadi draft-yang tidaksempat di postkan. Dan saya lebih berharap lagi, akan ada tanda centang disamping mimpi-mimpi itu. Wish me luck!

PS: saya berhasil mengusir kebosanan dan punya sesuatu untuk dilakukan kan akhirnya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar