Jumat, 03 Juli 2015 14:50
Dari computer sebuah kantor saya menuliskan ini. Kantor yang
dulu adalah sebuah mimpi. Dulu saat masih menjadi seorang mahasiswa, atau masih
menjadi pengangguran, yang sebenarnya sama sekali tidak menganggur, karena
terlampau sibuk kesana-kemari mengejar kesempatan bekerja. Percayalah bahwa
mencari pekerjaan, terutama pekerjaan impianmu adalah bukan perkara mudah!
Sudah percayalah, karena saya sudah merasakannya, dan cepat atau lambat kau
juga akan melewati fase itu. Seperti fase mengerjakan-skripsi-dengan-dosen-pembimbing-killer.
Maka kantor ini lah yang menjadi salah satu impian-list
nomor satu- bagi saya untuk memulai karier. Dan disinilah sekarang saya berada,
dibalik kubikel kecil berhadapan langsung dengan layar computer dan menuliskan
kisah ini.
Mimpi yang menjadi kenyataan? Saya akui iya. Tapi tentu saja
mimpi ini diraih bukan dengan begitu saja. Bukan kisah dunia dongeng, ketika
semua yang kamu mau bisa dikabulkan dengan sekali ayunan tongkat sihir ibu
peri. Haha! Karena nyatanya untuk bisa menuliskan kisah ini dari balik meja di
kantor ini, sungguh perjuangannya, jangan lagi ditanya.
Bersyukur? Tentu saja! Allah memberikan pekerjaan yang
menjadi list nomor satu saya. Emm mungkin bukan saja list nomor satu bagi saya,
tapi juga bagi kedua orang tua saya. Mewujudkan mimpi ini, berarti juga
mewujudkan mimpi kedua orang tua saya, maka berlipat ganda rasa syukurnya!
Entah bagaimana saya selalu berpikir, Allah akan memberikan apa-apa yang
menjadi mimpi bagi saya, tapi sekali lagi tidak pernah dengan cuma-cuma.
Sebelumnya Allah akan memberikan jalan yang panjang, berliku, dan bahkan
sesuatu yang dulu saya menyebutnya sebagai musibah. Tidak jarang saya harus
menangis, harus terjatuh, tersungkur, dan berakhir pada sujud di malam-malam
panjang, meminta kepada Allah. Dan sekali lagi saya bersyukur kepada-Nya,
malam-malam panjang itu tidak pernah sia-sia. Malam-malam panjang menjadi hikmah-hikmah
yang panjang yang akan berguna tidak hanya untuk satu dua hari, tapi selamanya.
Ibu saya pernah berkata begini: Apakah yang paling nikmat
ketika kamu sedang melewati masa-masa sulit?
Tentu saja tidak ada nikmatnya, karena itulah masa-masa itu
disebut ‘masa sulit’. Begitulah pikir saya dalam kepala, pikiran cetek tentu
saja.
Beliau meneruskan dengan memberikan jawaban bijak begini:
kak, waktu kamu melewati masa sulit kamu akan berusaha sekeras mungkin untuk
mendekat kepada Allah, dengan doa, dzikir, sholat, meminta sepenuh hati dalam
sujud bahkan tekadang dengan tangis. Maka disitulah nikmatnya, kak. Cobalah dan
kamu akan menemukan dan merasakan kenikmatan itu. Nikmatnya berusaha dekat
kepada Allah SWT.
Begitulah, nasehat itu terngiang terus di kepala dan meresap
dalam hati. Bersyukurlah untuk apapun yang diberikan. Semua yang buruk tidak
akan melulu buruk, akan ada hal baik yang menanti. Bahkan yang terburuk
sekalipun masih terdapat hal baik di dalamnya. Seperti yang dulu-dulu. Kutulis
ini untuk menjadi sebuah pengingat. Pengingat atas besarnya berkah yang
diberikan dan pengingat untuk selalu bersyukur kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar